REAKSI-REAKSI KIMIA
ABSTRAK
Dalam percobaan
yang berjudul “Reaksi-Reaksi Kimia” bertujuan untuk mengamati reaksi kimia
berlangsung atau terjadi dengan melihat perubahan-perubahannya. Prinsip yang
digunakan pada percobaan ini adalah apabila penggabungan dua atau lebih zat
dimana dalam penggabungan ini zat-zat tersebut akan menghasilkan perubahan
yaitu perubahan warna, suhu, menghasilkan endapan, dan menghasilkan gas.
Terjadinya suatu perubahan suhu atau perubahan panas dapat di amati melalui
pengukuran suhu suatu reaksi. Perubahan warna dan terjadinya endapan dapat
diamati secara langsung melalui pencampuran reaksi. Gas yang terjadi sebagai
indikasi terjadinya reaksi dapat diamati secara langsung dari gelembung gas
yang timbul terutama dari media reaksi yang berupa larutan ataupun dari gas
berwarna yang dihasilkan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah apabila suatu
larutan dicampur dengan larutan lain dan pemanasan larutan akan menghasilkan
suatu reaksi kimia.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reaksi
kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi, terbentuk
dari beberapa zat aslinya, yang disebut pereaksi. Biasanya suatu reaksi kimia
disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan
endapan, atau timbulnya gas atau bisa juga reaksi kimia didefinisikan sebagai
berikut. Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan
perubahan senyawa kimia dari suatu zat menjadi zat lain dengan ditandai
perubahan sifat dan bentuk. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat
dalam reaksi disebut reaktan.
Teori
reaksi kimia biasanya dikarakteristkan dengan perubahan kimiawi, dan akan
menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang
berbeda dari reaktan.
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
pada percobaan ini adalah mengamati reaksi kimia yang berlangsung atau terjadi
dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam setiap reaksi secara
bertahap.
1.3. Manfaat Percobaan
Manfaat
dari percobaan ini adalah dapat mengetahui reaksi dari larutan apa saja yang
dapat membentuk endapan, gas, perubahan suhu dan perubahan warna, kemudian
bagaimana tahapan-tahapan dari larutan tersebut sehingga dapat membentuk reaksi
kimia yang sedang berlangsung.
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi
pelarutan dan pengendapan, di mana zat padat masuk ke dan keluar dari larutan dikenalkan dan
didikusikan secara singkat yang melibatkan kesetimbangan antara spesies
terlarut dan spesies dalam keadaan padat, sejajar dengan reaksi asam-basa dalam
kepentingan praktis. Pelarutan dan pengendapan zat padat memungkinkan ahli
kimia untuk mengisolasi produk tunggal dari campuran reaksi atau untuk
memurnikan sampel padat yang tidak murni. Dengan memahami mekanisme reaksi ini
para insinyur dapat mencegah pembentukan kerak air dalam ketel uap. Pelarutan
dan pengendapan mengontrol pembentukan endapan mineral dan amat mempengaruhi
ekologi sunga, danau, dan laut.
Kesetimbangan
larutan mirip dengan kesetimbangan antarzat cair yang mudah menguap dalam
bejana tertutup. Dalam kedua hal, partikel-partikel darifase pekat cenderung
untuk keluar dan menyebar ke volume yang lebih luas, tetapi terbatas. Dalam
kedua hal, kesetimbangan adalah kompromi dinamik dimana kecepatan keluar
partikelnya partikel dari fasa pekat sama dengan kecepatan baliknya. Dalam
kesetimbangan penguapan kondensai, kita
asumsikan bahwa uap diatas fasa pekat awalnya adalah gas ideal. Asumsi kondensasi, kita asumsikan bahwa uap
diatas fase pekat awalnya adalah gas ideal. Asumsi awal yang sama untuk reaksi
pelarutan pengendapan adalah bahwa dan bawah larutan di atas zat padat yang
tidak larut adalah larutan ideal. Larutan di mana cukup zat terlarut telah
dilarutkan untuk mencapai kesetimbangan pelarutan-pengendapan antara zat padat
dan bentuk terlarutnya disebut larutan jenuh.
Prinsip
Le Chatelier diterapkan pada kesetimbangan ini, seperti juga prinsip ini
diterapkan pada semua kesetimbangan. Satu cara untuk menekan kesetimbangan
kelarutan adalah dengan mengubah jumlah pelarut. Penambahan pelarut menurunkan
konsentrasi spesies terlarut; penambahan zat padat cenderung untuk
mengembalikan konsentrasi spesies terlarut ke kesetimbangannya. Jika pelarut
yang ditambahkan terlalu banyak maka semua zat padat akan larut, kemudian
kesetimbangan kelarutan menurun, dan larutan menjadi tidak jenuh. Dalam
kesetimbangan penguapan-kondensasi ini sesuai dengan penguapan sempurna fasa
pekat. Pengambilan pelarut dari larutan yang sudah jenuh memaksa zat padat
tambahan mengendap agar konsentrasi larutan tetap. Pelarut yang mudah menguap
sering diambil dengan membiarkan saja larutan tidak tertutup sampai pelarutnya
menguap. Jika kondisinya benar, zat padat akan terbentuk berupa kristal di
dasar dan pinggir bejana.
Pengendapan
terkontrol dengan memainkan kelarutan adalah teknik yang banyak digunakan untuk
memurnikan produk reaksi dalam kimia sintetis. Reaksi sampingan dengan
menghasilkan jumlah kotoran yang signifikan; kotoran lain masuk bersama
material awal atau dimasukkan dengan sengaja untuk menaikkan kecepatan reaksi. Rekristalisasi,
satu dari metode yang paling ampuh untuk pemurnian zat padat, didasarkan ats
perbedaan antara kelarutan zat yan diinginkan dan kotorannya. Sebuah produk
tidak murni dilarutkan dan diendapkan kembali, berulang kali jika perlu, dengan
pengawasan yang hati-hati terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan.
Memanipulasi larutan membutuhkan pemahaman kesetimbangan yang ada antara zat
tidak tercampur dan larutannya.
Dalam
rekristalisasi, sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa bila larutan
tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan,
pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel
individual. Dalam pengendapan, terjadi kebalikannya: tarik menarik zat terlarut
terjadi kembali saat zat terlarut meninggalkan larutan. Sering, tarik-menarik
zat terlarut-pelarut tetap berlangsung selama proses pengendapan, dan pelarut
bergabung sendiri ke dalam zat padat. Saat litium sulfat (Li2SO4)
mengendap dalam air, satu molekul air ikut terbawa per satuan rumus:
2Li+(aq) + S(aq)
+ H2O(l) → Li2SO4 H2O(s)
Pelarut
yang mempunyai ikatan longgar seperti ini dikenal dengan pelarut kristalisasi.
Dengan melarutkan dan kemudian mengendapkan suatu senyawa dapat juga
menghasilkan bahan dengan rumus kimia berbeda dan massa berbeda. Sebagai
akibatnya, proses rekristalisasi untuk pemurnian produk hasil reaksi harus
direncanakan dengan hati-hati.
Reaksi
pelarutan-pengendapan seringkali mencapai kesetimbangan secara perlahan. Bisa
diperlukan waktu berhati-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk mengocok zat
padat dalam pelarut sebelum larutan menjadi jernih. Terlebih lagi, larutan
kadang-kadang menjadi sangat jenuh,
sebuah kondisi dimana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai
kesetimbangan. Larutan lewat-jenuh dapat bertahan berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun dan membutuhkan usaha yang luar biasa untuk membawanya ke
kesetimbangan selalu ada. pencapaian kesetimbangan reaksi pelarutan-pengendapan
yang umumnya sangat sulit berlawanan dengan cepatnya reaksi asam-basa dalam
mencapai kesetimbangan.
Jika
sebuah zat padat ionik seperti CsCl larut dalam air, maka akan terpecah menjadi
ion yang bergerak berjauhan satu dengan yang lain dan menjadi terselubungi oleh
molekul air. Ion yang terhidratasi ditunnjukkan dalam persamaan kimia untuk
kesetimbangan kelarutan. Dengan demikian,
CsCl
↔ Cs+(aq) + Cl-(aq)
Menunnjukkan
bahwa partikel terlarut adalah ion. Untuk garam yang sangat larut, konsentrasi
ion dalam larutan air yang jenuh sangat tinggi sehingga larutan menjadi sangat
tidak ideal. Ada banyak penggabungan antara ion-ion dalam larutan, yang
menghasilkan pasangan sementara ion dengan muatan yang berlawanan dan juga
dalam kelompok yang lebih besar.
Sebagai
contoh, pasangan garam perak klorida yang dapat larut menghasilkan
kesetimbangan berikut jika dimasukkan dalam air:
AgCl(s)
↔ Ag+(aq) + Cl-(aq)
Hukum
kesetimbangan untuk reaksi ini adalah:
(Ag+)(Cl-)
= Ksp
Dimana
subskrip “sp” berarti hasil kelarutan, yang membedakan K sebagai yang mengacu
kepada pelarutan zat padat ionik yang sedikit larut dalam air. Pada 25oC,
Ksp mempunyai nilai 1,6 x 10-20 untuk perak klorida. Dalam rumus hasil
kali kelarutan AgCl, konsentrasi kedua ion yang dihasilkan dipangkatkan satu
karena koefisiennya adalah 1 dalam persamaan kimia. Zat padat AgCl tidak muncul
dalam rumus kesetimbangan: jumlah zat padat AgCl murni tidak mempengaruhi
kesetimbangan selama zat padat ini tersedia. Jika zat padat tidak ada, kemudian
hasil kali kedua konsentrasi tidak lagi dipengaruhi oleh hasil kali kelarutan.
Kelarutan
molar garam dalam air tidak sama dengan tetapan hasil kali kelarutan, tetapi
terdapat hubungan sederhana di antara keduanya. Sebagai contoh, marilah kita mendefinisikan
S sebagai kelarutan molar AgCl(s) dalam air pada 25oC.
Larutan
dapat didefinisikan sebagai phase yang homogen yang mengandung lebih dari 1
komponen. Jadi tiap-tiap dari larutan itu mempunyai komposisi kimia dan
sifat-sifat fisika yang sama. Bila sistem hanya terdiri dari 2 zat maka disebut
larutan biner, misalnya alkohol dalam air. Zat yang ada dalam jumlah disebut
zat pelarut, sedang zat yang ada dalam jumlah yang lebih kecil disebut zat yang
terlarut. Kebanyakan kelarutan suatu zat dalam zat yang lain adalah terbatas
(misalnya benzene dalam air). Hanyalah zat-zat yang mempunyai struktur dan
sifat-sifat kimia yang hampir bersamaan dapat larut dengan tidak terbatas.
Secara
praktek kita ketahui bahwa reaksi-reaksi kimia cenderung berlangsung lebih
cepat pada suhu yang lebih tinggi. Kita mempercepat reaksi biokimia tertentu
dengan meningkatkan suhu, misalnya pada pemasakan makanan. Di lain pihak, kita
memperlambat beberapa reaksi dengan menurunkan suhu, seperti halnya pendinginan
atau pembekuan makanan untuk mencegah pembusukan. Sekarang kita mempunyai
penjelasan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Peningkatan suhu
meningkatkan fraksi meningkat yang memiliki energi melebihi energi aktirasi.
Faktor tersebut begitu penting, sehingga untuk banyak reaksi mengakibatkan
peningkatan laju reaksi menjadi 2 kali atau 3 kali semula dengan meningkatnya
suhu hanya 10oC.
Sejauh
ini kita hanya membahas kasus-kasus dimana suatu garam tunggal yang sedikit
larut mencapai kesetimbangan dengan komponen bentuknya dalam air. Konsentrasi
relatif dari kation dan anion dalam larutan seperti ini tergantung jumlah mol
relatifnya dalam garam awal. Dengan demikian, jika AgCl dilarutkan, jumlah mol
ion Ag+ dan ion Cl yang dihasilkan sama, dan jika Ag2SO4
dihasilkan. Hubungan hasil kali kelarutan seperti
(Ag+Cl-)
= Ksp
Lebih
umum daripada ini dan berlangsung terus dalam tekanan, meskipun jumlah kimia
relatif dari kedua ion dalam larutan berbeda dengan yang ada dalam senyawa zat
padat murninya. Keadaan seperti ini sering dihasilkan jika dua larutan dicampur
untuk menhasilkan endapan atau jika garam lain ada yang mengandung ion yang
sama dengan garam yang sedang diteliti.
Aggap
sebuah larutan disiapkan dengan mencampur suatu garam yang dapat larut, seperti
AgNO3, dengan larutan kedua seperti NaCl. Apakah akan terbentuk
endapan perak klorida yang sedikit larut? Untuk menjawab pertanyaan ini
koefisies Q yang didefinisikan dengan hubungannya dengan kesetimbangan gas.
Achmadi, Suminar. 1987.
Kimia Dasar. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Respati.
1992.Dasar-dasar Ilmu Kimia. Yogyakarta: Rineka Cipta
Oxtoby, David W dkk.
2001. Kimia Modern. Yogyakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar