2.1 Pengertian
Paragraf
Paragraf merupakan sekumpulan
kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lainnya. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah
penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk topik atau tema
pembicaraan.
Dalam satu paragraf terdapat
beberapa bentuk kalimat, yaitu kalimat pengenal, kalimat utama ( kalimat topik
), kalimat penjelas dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi
satu kesatuan yang dapat membentuk gagasan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan yang
terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan
pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara runtun dan
sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan
kalimat lainnya dalam paragraf itu.
2.2 Ciri-Ciri Paragraf
Paragraf
merupakan kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Paragraf merupakan jalan
yang ditempuh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Tidak semua kumpulan
kalimat bisa di kategorikan sebagai paragraf. Oleh karena itu, perlu bagi
penulis untuk mengetahui ciri-ciri paragraf agar bisa membedakan kumpulan
kalimat yang berupa paragraf dan bukan paragraf. Adapaun ciri-ciri paragraf
adalah sebagai berikut :
1. Kalimat pertama bertakuk ( block style ) ke dalam 5 ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya : surat. Dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya : makalah, skripsi, desertasi, dll.
1. Kalimat pertama bertakuk ( block style ) ke dalam 5 ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya : surat. Dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya : makalah, skripsi, desertasi, dll.
2.
Karangan berbentuk lurus dan tidak bertakuk ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada antar baris lainnya.
3.
Paragraf menggunakan pikiran utama ( gagasan utama ) yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat topik.
4.
Setiap paragraf mengunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan
kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan atau menerangkan
pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
5.
Paragraf menggunakan pikiran penjelas ( gagasan penjelas ) yang dinyatakan
dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik.
Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu
kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi
detail yang sangat spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya. (
Obat Kafe.blogspot.com ).
2.3 Fungsi
Paragraf
Paragraf mempunyai arti dan fungsi
yang sangat penting. Dengan paragraf itu, pengarang dapat mengekspresikan
keseluran gagasan secara utuh, runtun, lengkap, menyatu, dan sempurna sehingga
bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Adapun
fungsi-fungsi paragraf adalah sebagai berikut :
1.
Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam satu kesatuan.
2.
Menandai
peralihan ( pergantian ) gagasan naru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3.
Emudahkan
pengorganisasian gagsan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
4.
Memudahkan
pengembangan topik karangan kedalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5.
Memudahkan
pengembalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
6.
Mengungkapkan
informasi tertentu dengan gagasan utama sebagai pengendalinya.
2.4 Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Menurut Widjono ( 2005:167 ), paragraf
yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan
konsistensi penggunaan sudut pandang. Syarat-syarat paragraf tersebut harus ter
dapat dalam sebuah paragraf sehingga kalimat-kalimat dalam paragraf saling
terkait antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya.
Syarat-syarat paragraf dapat dapat
mencerminkan keutuhan informasi yang disampaikan paragraf. Pencerminan ini
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk dan cara. Cara penyampaian inilah yang
membedakan satu paragraf dengan paragraf yang lain. Untuk itu sebuah paragraf
harus benar-benar mencerminkan syarat-syarat yang sudah disampaikan.
1.
Kohesi
→ Kesatuan : Menyatakan satu hal.
a.
Kalimat
Utama
b.
Kalimat
Penjelas
2.
Koherensi
→ Kepaduan/kekompakan: kompak tertuju kepada satu hal.
a.
Repetisi :
Kepaduan paragraf dan kata kunci
b.
Kata
Ganti : Menghindari monotoni/bervariasi
c.
Kata
Transisi : Penyambung antarkalimat
3.
Menggunakan
metode pengembangan paragraf tertentu.
Metode
pengembangan paragraf terbagi atas :
Ø
Metode
Klimaks-Antiklimaks
Ø
Metode
Pandangan
Ø
Metode
Perbandingan dan Pertentangan
Ø
Metode
Analogi
Ø
Metode
Contoh
Ø
Metode
Proses
Ø
Metode
Sebab-Akibat
Ø
Metode
Umum-Khusus
Ø
Metode
Klasifikasi
Ø
Metode
Definisi Luas
Suatu paragraf dianggap bermutu dan
efektif mengkomunikasikan gagasanyang didukungnya apabila paragraf itu lengkap,
artinya mengndung pikiran utama dan pikiran penjelas. Disamping itu sama halnya
dengan kalimat, paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu. Adapun
syarat-syarat tersebut antara lain :
1.Kesatuan
(Unity)
Yang dimaksud dengan kesatuan atau
unityadalah bahwa paragraf tersebut harus memperliatkan dengan jelas suatu
maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan disini tidak boleh diartikan bahwa
saja hanya memuat satu hal saja. Jadi kesatuan disini bukan berarti satu atau
singkat kalimatnya, melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf
tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh.
2.Kepaduan
(Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi
sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau
kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal
balik antar kalimat-kalimat yang membina paragraf tersebut, baik, wajar, dan
mudah dipahami tanpa kesulitan.
Kepaduan bergantung dari penyusuna
detail-detail dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat
dengan mudah hubungan antar bagian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak
memiliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok
kalimat yang masing-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan
dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral.
Dengan demikian kalimat-kalimat
dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri.
Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat
pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan
kalimat ketiga, demikian seterusnya.
3.Kejelasan
Suatu kalimat dikatakan lengkap,
apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat penjelas. Kalimat-kalimat
penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran
utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar
kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihatb
dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu
(kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab,
umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh
dan dengan detail fakta.
2.4.1. Kesatuan Paragraf ( Kesatuan Pikiran )
Kesatuan adalah tiap paragraf hanya
mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat
utama yang diletakkan di awal paragraf dinamakan paragraf deduktif. Kalimat
utama yang diletakkan di akhir paragraf dinamakan paragraf induktif.
Finoza ( 2002:149) mengatakan bahwa
sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam sebuah
paragraf hanya membicarakan satu pokok pikiran atau satu masalah. Jika dalam
sebuah paragraf terdapat kalimat yangmenyimpang dari masalah yang sedang
dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu pokok pikiran.
Keraf ( 2001:67 ) mengatakan bahwa
kesatuan adalah memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema.
Kesatuan disini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja.
Kesatuan paragraf ialah paragraf tersebut harus memperhatikan dengan jelas
suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan
bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur
tadi hatuslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal
atau sebuah tema tunggal.
Untuk menjamin adanya kesatuan
paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikitan. Paragraf dapat berupa
beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan kesatuan, tidak satu
kalimat pun yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.
Kesatuan paragraf merupakan bagian
karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu
serta membentuk satu kesatuan pikiran. Apabila sebuah paragraf itu bukan sebuah
paragraf deskriptif atau naratif, secara lahirian unsur paragraf itu berupa :
1.
Kalimat
topik atau kalimat utama
2.
Kalimat
pengembang atau kalimat penjelas
3.
Kalimat
penegas
4.
Kalimat
klausa, prosa, dan pehubung
Dalam sebuah
karangan yang utuh, fungsi utama paragraf yaitu :
1.
Untuk
menandai pembukaan atau awal ide/gagasan baru
2.
Sebagai
pengembangan lebih lanjut tentang ide sebelumnya, atau
3.
Sebagai
penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih dahulu.
2.4.2. Kepaduan Paragraf
Syarat kedua yang harus ada dalam
sebuah paragraf adalah adanya koherensi atau kepaduan susunan pada pertautan
makna. Koherensia atau kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat yang
satu ke kalimat lain berjalan mulus dan lancar. Menurut Alex dan Achmad (
2011:218), kepaduan ialah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat
lain yang membentuk paragraf itu, atau koherensi atau kepaduan yang baik dari
aspek makna.
Menurut Widjono ( 2005:169 ),
paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang berhubungan
logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan
struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf
menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui
repetisi ( pengulangan ) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi,
dan bentuk paralel.
Untuk mencapai kepaduan sebuah
paragraf, langkah-langkahnya adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian
secara logis dan padu dengan menggunakan kata penghubung. Terdapat dua jenis
kata penghubun, yaitu :
1.
Kata
penghubung intrakalimat
2.
Kata
penghubung antarkalimat
Kalimat penghubung intrakalimat adalah
kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Contohnya karena,
sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka.
Kalimat penghubung antarkalimat adalah
kata yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya. Contohnya oleh
karena itu, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan
2.4.2.1. Pengulangan
Kata Kunci
Pengulangan kata kunci merupakan hal
yang diperlukan dalam mengembangkan sebuah paragraf. Alwi ( 2001:11 )
mengatakan bahwa kepaduan paragraf dapat dibangun dengan tidak mengulang kata
atau ungkapan yang sama setiap kali diperlukan. Kata atau ungkapan yang sama
itu sesekali dapat disebut kembali dengan menggunakan kata kuncinya atau dengan
menggunakan kata lain yang bersinonim dengan kata atau ungkapan itu. Widjono (
2005:169 ) mengatakan bahwa semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan
kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci atau sinonim yang telah disebutkan dalam
kalimat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan
pengulangan itu, paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak. Pengulangan kata
kunci terdiri dari pemilihan kata dari konselor yang bisa menekankan pernyataan
konseli secara lisan, dan kemudian mengulanginya dengan kata-kata. Pengulangan
konselor bisa dalam bentuk pernyataan,yang berarti bahwa perubahan suara tidak
mengubah seluruh artikulasi kata. Pengulangan kata kuncin juga dapat
diekspresikan menggunakan pertanyaan, yang merupakan komunikasi lebih terbuka,
konselor menginginkan konseli mengembagkan topik tertentu yang sedang dibahas.
Dalam paragraf kata kunci berfungsi
untuk mengikat makna sehingga menghasilkan paragraf yang jelas makna dan
strukturnya. Pengulangan kata kunci memiliki tujuan agar kalimat yang satu
dengan kalimat lainnya saling berhubungan.
2.4.2.2
Kata Ganti
ganti
( pronomina ) adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau
kata yang dibendakan. Penggolongan kata ganti biasanya dibedakan menjadi 6,
yaitu:
1. Kata ganti orang ( pronomina persona
)
a.
Kata ganti
orang pertama ialah kata ganti untuk orang yang berbicara/si pembicara,
selanjutnya disebut “kata ganti orang pertama”.
Contoh :
o Tunggal : Aku / Saya
o Jamak : Kami / Kita
b.
Kata ganti
orang kedua ialah kata ganti untuk lawan bicara atau yang diajak berbicara,
selanjutnya disebut “kata ganti orang kedua”.
Contoh :
o Tunggal : Engkau / Kau
o Jamak : Kamu
c. Kata ganti orang ketiga ialah kata
ganti untuk orang yang sedang dibicarakan atau yang menjadi bahan pembicaraan,
selanjutnya disebut “kata ganti orang ketiga”.
Contoh :
o Tunggal : Ia / Dia
o Jamak : Mereka
2. Kata ganti empunya ( pronomina
posesiva )
Kata
ganti empunya ialah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam
kedudukan sebagai pemilik. Kata ganti empunya selalu menyatakan
kepunyaan/pemilik.
Macam-macam kata ganti empunya :
a) Kata ganti orang pertama tunggal /
jamak
Contoh :
o
Tunggal : ku
→ bukuku
o
Jamak : kami
→ rumah kami
b)
Kata ganti
orang kedua tunggal / jamak
Contoh :
o
Tunggal :
bapak, adik, paman, saudara, dll
o
Jamak :
ibu-ibu, saudara-saudara, dll
c)
Kata ganti
orang ketiga tunggal / jamak
Contoh :
o
Tunggal :
nya → bukunya
o
Jamak :
mereka → buku mereka
3. Kata ganti petunjuk ( pronomina
demonstrativa )
Kata
ganti penunjuk ialah segala kata yang menunjukkan letak suatu benda atau yang
dibendakan.
Macam-macam kata ganti penunjuk :
Pembagian kata ganti penunjuk didasarkan pada letak /
tempat benda.
1. Menunjuk
letak di tempat si pembicara dengan menggunakan kata ini.
2. Menunjuk
letak di tempat lawan bicara dengan menggunakan kata itu.
Contoh : Sana disana kesana
Sini disini kesini
Situ
disitu kesit
4. Kata ganti penghubung ( pronomina
relativa )
Kata ganti penghubung ialah kata ganti yang merangkaikan kata benda dengan
kata yang menerangkan kata benda tersebut.
Contoh :
o
Bunga merah
→ bunga yang merah
o
Bawang putih
→ bawang yang putih
o
Rumah kami →
rumah tempat kami
o
Lemari es →
lemari tempat es
Jadi kata ganti penghubungnya yang
dan tempat.
Fungsi kata ganti penghubung yang :
Menyatakan makna sebenarnya
Menyatakan pengertian “untuk
umum”
Sebagai penunjuk
Kata ganti penanya
Sebagai kata sandang / pengganti
5. Kata ganti penanya ( pronomina
interogativa )
Kata ganti penanya ialah kata ganti yang menyatakan
tentang orang atau keadaan.
Macam-macam kata ganti penanya :
o
Apa ( untuk menanyakan benda )
o
Mana ( untuk menanyakan pilihan )
o
Siapa ( untuk menanyakan orang )
a) Kata ganti
penanya apa
Untuk menanyakan macam / jenis benda
Contoh
: Bola apa itu? (
Bola karet )
Menanyakan wujud benda
Contoh
: Ikan paus makan apa? ( Daging )
Menanyakan alat
Contoh
: Dengan apa kau pukul dia? ( Kayu )
Menanyakan maksud / tujuan
Contoh
: Untuk apa benang itu? ( Mengikat
)
b) Kata ganti
penanya siapa
Untuk menanyakan orang atau sesuatu yang dianggap
orang.
Contoh
: Siapa yang datang itu ? ( Ali )
c) Kata ganti
penanya mana
Kata ganti penanya untuk menanyakan pilihan orang atau
barang.
Contoh
: Yang mana kau beli ? ( Yang
ini )
1. Menanyakan
asal
Contoh
: Dari mana kalian ? ( Dari
desa )
6. Kata ganti tak tentu ( pronomina
intermeinativa )
Kata ganti tak tentu ialah kata-kata yang menggantikan
atau menunjukkan tempat suatu benda / orang dalam keadaan tidak tentu atau
umum.
Contoh :
Suatu saat
pasti dia akan sadar
Salah satu boleh masuk, jangan semua
Tiap hari mereka berkumpul
2.4.2.3
Kata Transisi
Kata transisi adalah konjungtor atau perangkai, baik yang digunakan untuk
menghubungkan unsur-unsur dalam sebuat kalimat maupun untuk menghubungkan
kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf. Melalui penggunaan kata-kata ini,
hubungan antara satu gagasan dan gagasan yang lain dalam sebuah paragraf dapat
dinyatakan secara tegas. Kalimat-kalimatnya mungkin sama, tetapi kata transisi
tertentu dan susunan tertentu akan mengubah informasi atau gagasan yang
ditampilkan.
2.4.2.4
Struktur Paralel
Keparalelan struktur kalimat dapat pula membangun ciri
kepaduan kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf. Banyak cara yang dapat
digunakan untuk membangun keparalelan struktur ini, antara lain menggunakan
bentuk kata kerja yang sama atau menggunakan majas repetisi.
2.4.3
Ketuntasan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Artinya,
di dalam paragraf itu telah tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung
gagasan utama. Ini berarti pula bahwa paragraf yang baik harus telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya tentang
maksud penulis dalam paragraf itu.
Seberapa jauh ketuntasan pengembangan paragraf itu?
Sayang tidak ada rumusan yang jelas mengenai hal itu. Bisa jadi sebuah paragraf
amat panjang, tetapi belum tuntas. Bisa jadi pula paragraf itu cukup pendek,
tetapi sudah tuntas. Yang penting adalah bahwa setelah membaca paragraf itu,
pembaca mendapat informasi yang lengkap tentang isi paragraf itu. Ingatlah
bahwa yang penting di dalam paragraf adalah adanya gagasan utama yang biasanya
dinyatakan dalam kalimat topik.
2.4.4
Keruntutan
Urutan
penyajian informasi dalam paragraf yang baik mengikuti tata urutan tertentu.
Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf dan tiap-tiap
model mempunyai kelebihan masing-masing. Model-model urutan itu adalah urutan
waktu, urutan tempat, urutan umum-khusus, urutan khusus-umum, urutan
pertanyaan-jawaban, dan urutan sebab-akibat. Setiap model urutan akan
dibicarakan secara rinci dalam bagian yang membicarakan jenis-jenis dan
pengembangan paragraf. Untuk menjelaskan prinsip keruntutan ini, pada bagian
ini dicontohkan dua macam keruntutan saja, yaitu keruntutan atas urutan tempat
dan keruntutan atas urutan waktu.
Yang disebut
prinsip keruntutan pada dasarnya adalah menyajikan informasi secara urut, tidak
melompat-lompat sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Untuk
paragraf itu yang menggunakan model urutan tempat, misalnya, hendaklah
informasi tentang objek itu disajikan secara horizontal, seolah-olah pandangan
mata penulis bergerak dari arah kiri ke kanan, atau sebaliknya atau bisa juga
secara vertikal dari bawah keatas atau sebaliknya. Yang penting adalah bahwa
informasi disajikan secara berurut berdasarkan dimensi ruang.
2.4.5
Konsistensi
Sudut Pandang
Dalam karang mengarang, konsistensi sudut pandang itu
sangat penting artinya. Seorang penulis harus menentukan lebih dahulu sudut
pandangnya terhadap calom pembaca agar ia dapat memilih gaya penulisan yang
tepat. Paragraf yang baik hendaknya mempertahankan sudut pandang penulis dalam
membahas permasalahan yang diutarakannya. Jika sudah dipastikan bahwa pembaca
tidak dilibatkan secara eksplisit sebagai mitra tutur, pilihan itu harus dipertahankan
sampai akhir karangan. Demikian
pula sebaliknya.
2.5
Jenis-Jenis
Paragraf
2.5.1 Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Topik
Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf di bedakan ke dalam empat
jenis, yaitu: (1)paragraf deduktif
(2)paragraf induktif
(3)
paragraf deduktif-induktif
(4) paragraf penuh kalimat topik
(Fenoza, 2002:154 dalam Subhaini, 2 2013:133).
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang menyajikan pokok permasalahan
terlebih dahulu, lalu menyajikan rincian mengenai permasalahan atau gagasan
paragraf (urutan umum-khusus). Paragraf induktif merupakan paragraf yang
menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok
permasalahan (urutan khusus-umum). Paragraf deduktif-induktif merupakan
paragraf yang letak kalimat pokoknya pada bagian awal dan akhir faragraf, dan
paragraf penuh kalimat topik merupakan paragraf yang seluruh kalimatnya berupa
kalimat umum. Jenis paragraf penuh dengan kalimat topik sering juga di sebut
dengan paragraf deskriptif. Paragraf deskriptif adalah paragraf yang
menempatkan kalimat utama di semua kalimat. proses penempatan kalimat utama ini
diwujudkan secara tersirat maknanya. (Subhayni, 2013:133)
2.5.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Urutannya
Berdasarkan urutannya, paragraf
dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
(1) paragraf pembuka
(2)paragraf isi
(3)paragraf penutup (Alwi,
2001:33 dalam Subhayni, 2013:133).
Ketiga paragraf tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
stuktur karangan. Paragraf pembuka merupakan paragraf yang terletak pada awal
karangan. Paragraf ini berfungsi mengantarkan pokok bahasan yang hendak di
sampaikan pada paragraf berikutnya,
yaitu paragraf isi. Paragraf isi merupakan paragraf yang terletak diantara
paragraf pembuka dan penutup. Fungsinya adalah untuk mengembangkan pokok
persoalan yang telah ditentukan. Paragraf penutup merupakan paragraf yang
terletak pada bagian akhir karangan. Fungsi paragraf penutup untuk mengakhiri
atau menutup karangan .
Penulisan paragraf pembuka,
paragraf isi, dan paragraf penutup memerlukan keterampilan yang matang.
Keterampilan menulis paragraf ini untuk memudahkan seseorang dalam mengaitkan
antara satu paragraf dengan paragraf yang lain. Ketiga paragraf ini harus
saling berkaitan dalam membicarakan satu permasalahan. Paragraf pembuka tidak
dapat memisahkan diri dari paragraf isi dan penutup, begitu juga
sebaliknya.
2.5.2 Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya dapat dibedakan
atas :
1. Paragraf argumentasi
2. Paragraf eksposisi
3.
Paragraf deskripsi
4.
Paragraf persuasi
5.
Paragraf naratif
2.5.2.1 Paragraf
Argumentasi
Paragraf
argumentasi adalah paragraf yang berisi ide/gagasan dengan diikuti alasan yang
kuat untuk menyakinkan pembaca.
·
Ciri-ciri Paragraf Argumentasi
1. Bersifat
nonfiksi /ilmiah.
2. Bertujuan
menyakinkan orang lain bahwa apa yang dikemukakan merupakan kebenaran.
3. dilengkapi
bukti-bukti berupa data, tabel, gambar, dll.
4. ditutup
dengan kesimpulan.
o
Macam/Pola Pengembangan Paragraf Argumentasi
·
Pola Pengembangan Sebab – Akibat
Adalah paragraf yang
mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang
diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.
Ditandai dengan kata–kata sebab, karena, disebabkan, dikarenakan, dll.
·
Pola Pengembangan Akibat- Sebab
Adalah paragraf yang mula-mula bertolak
dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui. Kemudian
bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
2.5.2.2 Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu dengan tujuan agar pembaca seakan-akan bisa melihat,
mendengar, atau merasakan sendiri semua yang ditulis oleh penulis
·
Ciri-Ciri Paragraf Deskripsi
Menggambarkan/melukiskan objek tertentu (orang, tempat,
keindahan alam dll). Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek
yang diceritakan.
·
Macam /Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi
Deskripsi objektif adalah paragraf deskripsi yang dalam
penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini penulis.
Deskripsi subjektif adalah paragraf deskripsi yang dalam
penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis.
Deskripsi spasial adalah paragraf yang menggambarkan objek
secara detail khususnya ruangan, benda, atau tempat.
Deskripsi waktu adalah paragraf yang dikembangkan berdasarkan
waktu peristiwa cerita tersebut.
2.5.2.3
Paragraf Ekspositif
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk
menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca
mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang
dimaksud pengarang.
·
Ciri-Ciri Paragraf Ekspositif
-
Bersifat nonfiksi/ilmiah.
-
Bertujuan menjelaskan/memaparkan.
-
Berdasarkan fakta.
-
Tidak bermaksud mempengaruhi.
o
Macam/Pola Pengembangan Paragraf Ekspositif
·
Pola umum-khusus (deduksi)
Adalah paragraf yang dimulai dari hal –hal yang bersifat umum
kemudian menjelaskan dengan kalimat –kalimat pendukung yang khusus.
·
Pola khusus-umum (induksi)
Adalah paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat
khusus kemudian menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang bersifat umum.
·
Pola perbandingan
Adalah paragraf yang membandingkan dengan hal yang lain,
berdasarkan unsur kesamaan dan perbedaan, kerugian dengan keuntungan, kelebihan
dengan kekurangan. Kata hubung (jika dibandingkan dengan, seperti
halnya,demikian juga, sama dengan,selaras dengan,sesuai dengan).
·
Pola pertentangan/kontras
Adalah paragraf yang mempertentangkan dengan gagasan lain.
Kata hubung (biarpun, walaupun, berbeda, berbeda dengan, akan tetapi,
sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu).
·
Pola analogi
Adalah paragraf yang menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua
hal yang berlainan kelasnya tetapi tetap memperhatikan kesamaan segi/fungsi
dari kedua hal tadi sebagai ilustrasi.
·
Pola pengembangan proses
Adalah pola pengembangan paragraf yang ide pokok paragrafnya
disusun berdasarkan urutan proses terjadinya sesuatu.
·
Pola pengembangan klasifikasi
Adalah pola pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan
barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
·
Pola pengembangan contoh/ilustrasi
Adalah paragraf yang berfungsi untuk memperjelas suatu
uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Kata penghubung (contohnya,
umpamanya, misalnya).
·
Pola pengembangan difinisi
Adalah paragraf yang berupa pengertian atau istilah yang
terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat
maknanya dilengkapi oleh pembaca.
·
Pola sebab akibat
Adalah pola pengembangan dimana sebab bisa bertindak sebagai
gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau
sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya
akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
2.5.2.5 Paragraf Persuasif
·
Pengertian Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang bertujuan meyakinkan
dan membujuk seseorang atau pembaca agar melaksanakan /menerima keinginan
penulis
·
Ciri-Ciri Paragraf Persuasif
o
ada fakta/bukti untuk mempengaruhi/membujuk
pembaca
o
bertujuan mendorong, mempengaruhi dan membujuk
pembaca
o
menggunakan bahasa secara menarik untuk
memberikan sugesti (kesan) kepada pembaca
3.3.4.
CONTOH-CONTOH PARAGRAF PERSUASI
1.
Beras organik lebih menguntungkan daripada beras nonorganik . Mutu beras
organik lebih sehat, awet, dan lebih enak. Selain itu, beras organik tidak mencemari
lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia. Keuntungan yang didapat para
petani beras organik juga lebih tinggi. Petani beras organik mendapatkan
keuntungan 34% dari biaya prduksi, sedangkan petani beras nonorganik hanya
mendapat keuntungan 16% dari biaya produksi. Oleh karena itu, mari kita bertani
dengan cara organik agar lebih mnguntungkan dan dapat meningkatkan taraf hidup.
2.
Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam ‘obat kuat’
untuk membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri itu sudah besar, kita
dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah
yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu,
marilah kita melaksanakan praktik berpidato agar kita segera memperoleh
keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato.
3.4.
PARAGRAF NARATIF
Pikiran dan perasaan dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk paragraf,
salah satunya paragraf narasi/naratif. Paragraf naratif adalah suatu bentuk paragraf yang menceritakan
serangkaian peristiwa yang disusun menurut urutan waktu
terjadinya
Paragraf naratif membunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·
Ada tokoh, tempat, waktu, tindakan dan suasana
yang diceritakan.
·
Adanya sudut pandang penulis.
·
Mementingkan urutan waktu maupun urutan
peristiwa.
·
Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi
(cerpen,novel,roman) tetapi juga terdapat dalam tulisan nonfiksi (biografi,
cerita nyata dalam surat kabar,sejarah,riwayat perjalanan)
Macam/pola pengembangan paragraf naratif
1. Narasi
ekspositoris/nonfiksi/informatif adalah cerita yang benar-benar terjadi (cerita
kepahlawanan, sejarah, biografi/otobiografi, cerita nyata dalam surat kabar).
Narasi ekspositoris adalah karangan narasi yang bertujuan menggugah pikiran
pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Dengan demikian, pembaca dapat
memperoleh pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibacanya.
2. Narasi
sugestif/fiksi/artistik adalah karangan narasi yang berusaha memberikan makna
pada suatu peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman dan lebih cenderung
menggunakan bahasa konotatif untuk memberikan kesan imajinasi. Contoh narasi
sugestif adalah bentuk karya sastra, seperti cerpen, novel, atau dongeng.
Paragraf
narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur berikut:
-
Tema, yaitu pokok pembicaraan yang menjadi
dasar penceritaan penulis.
-
Alur (plot), yaitu jalinan cerita,
bagaimana cerita itu disusun sehingga peristiwa demi peristiwa dapat terjalin
dengan baik.
-
Watak atau karakter, berhubungan dengan
perangai si pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.
-
Suasana, berhubungan dengan kesan yang
ditimbulkan sehingga pembaca dapat ikut membayangkan dan merasakan suasana yang
dihadapi pelaku.
-
Sudut pandang berhubungan dengan
bagaimana seorang penulis memandang suatu peristiwa. Dia boleh memandang dari
sudut andang orang pertama atau orang ketiga.
2.6
Unsur-Unsur
Paragraf
Unsur-unsur
paragraf dapat berupa masalah, ide pokok, kalimat utama, kalimat penjelas,
fakta, atau pun pendapat.
Masalah
adalah suatu hal yang harus diselesaikan atau dicari jalan keluarnya.
Ide
pokok merupakan gagasan yang mendasari terbentuknya sebuah paragraf. Ide pokok
disebut juga gagasan utama atau gagasan pokok. Ide pokok terletak di awal,
akhir, awal dan akhir, atau seluruh isi paragraf. Ide pokok dalam suatu
paragraf didukung oleh beberapa kalimat penjelas.
Paragraf
yang memiliki ide pokok di awal paragraf disebut paragraf dedukti. Paragraf
yang memiliki ide pokok di akhir paragraf disebut paragraf induktif. Paragraf
yang memiliki ide pokok di awal dan akhir paragraf disebut paragraf campuran. Paragraf
yang memiliki ide pokok diseluruh isi paragraf disebut paragraf narasi.
Kalimat
utama merupakan kalimat yang berisi ide pokok. Kalimat utama dapat ditemukan di
awal, akhir, awal dan akhir, atau di seluruh paragraf. Kalimat penjelas
merupakan kalimat yang mendukung atau memperjelas kalimat utama. Kalimat
penjelas harus menjabarkan atau memperjelas kalimat utama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan saran
·
Paragraf
merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan
kalimat yang lainnya. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena
dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk
topik atau tema pembicaraan
·
Ciri-ciri
kalimat antara lain:
1. Kalimat
pertama bertakuk ( block style ) ke dalam 5 ketukan spasi untuk jenis karangan
biasa
2.
Karangan berbentuk lurus dan tidak bertakuk ditandai dengan jarak spasi
merenggang, satu spasi lebih banyak daripada antar baris lainnya.
3.
Paragraf menggunakan pikiran utama ( gagasan utama ) yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat topik.
4.
Setiap paragraf mengunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan
kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan atau menerangkan
pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
5. Paragraf menggunakan
pikiran penjelas ( gagasan penjelas ) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.
·
Paragraf yang baik harus memenuhi syarat
kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi penggunaan sudut
pandang.
·
Kesatuan Paragraf adalah tiap paragraf hanya
mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama.
·
Syarat kedua yang harus ada dalam sebuah
paragraf adalah adanya koherensi atau kepaduan susunan pada pertautan makna.
Koherensia atau kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat yang satu
ke kalimat lain berjalan mulus dan lancar.
·
Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan
kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci atau sinonim yang telah disebutkan dalam
kalimat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya
·
Kata
transisi adalah konjungtor atau perangkai, baik yang digunakan untuk menghubungkan
unsur-unsur dalam sebuat kalimat maupun untuk menghubungkan kalimat-kalimat
dalam sebuah paragraf.
·
Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya dapat
dibedakan atas : paragraf argumentasi, paragraf eksposisi, paragraf deskripsi,
paragraf persuasi, paragraf naratif
DAFTAR PUSTAKA
Subhayni,
2013. Bahasa Indonesia Umum. Homhai: Banda Aceh
http://obatkafe.blogspot.com (1 oktober
2013)
http://ahkami.blogspot.com/2012/04/kata-ganti-pronomina.html
(5 Oktober 2013)
http://wahyukurnianto.wordpress.com/ (5 Oktober 2013)
http://yuliesti.wordpress.com/2013/04/26/unsur-unsur-paragraf/ (5 Oktober 2013)
http://ellopedia.blogspot.com/2011/06/fungsi.paragraf.html
(5 Oktober 2013)
Rianfajar,2009.Tersediadi:
rianfajar.blogspot.com/2009/10/kesatuan.paragraf.html ( 6 Oktober 2013)
Yadi,
2010. Tersedia di: www.yudi82.com (6
Oktober 2013)
Desy,
2008. Tersedia di: karangan-dhesy.blogspot.com/2008/04/syarat-syarat-pembentukan-paragraf.html
(6 Oktober)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar